LONELY
Nama : Grasia Dwi Prasetyo Adi
NIM/Jurusan : 113654029/Prodi Pend. Sains 2011
Email/No
HP :
glavelysunberd@gmail.com/085785664443
Di malam yang dingin duduklah
seorang pemuda didepan rumah sambil tersenyum memandangi hiruk pikuk orang yang
sedang membeli ornamen telur untuk menyambut Paskah. Pemuda tersebut bernama glavely. Ia memikirkan
tentang ucapan Bu Ririn padanya “No Victory without Sacrifice”.
Sembilan bulan lalu di Liberty High School, bel berbunyi tanda aktivitas
pelajaran dimulai dan dari salah satu ruang kelas tampak seorang pemuda yang sedang memperkenalkan diri. Pemuda tersebut bernama Glavely Mihael Keehl
Sunberd. Ia merupakan murid pertukaran
pelajar dari Indonesia yang penampilannya aneh dengan celana penuh dengan
sobekan pada bagian lutut, memakai jaket
dengan jamper hingga hampir menutupi
kedua matanya sambil terus tersenyum seperti orang gila. Sampai teman sekelasnya yang merupakan siswa kelas 3 jurusan biologi menganggap
dirinya sudah kehilangan akal sehat.
Tibalah awal musim
semi dan untuk menyambutnya pihak
sekolah akan mengadakan pesta buah.
Vely mendapatkan tugas untuk memetik buah di kebun bersama keempat siswa
lainnya Agnes,
Oscar,
Philip
dan Missa.
Siang harinya, mereka berlima berangkat dari sekolah menuju kebun yang terletak
dibukit belakang sekolahan mereka. Saat di perjalanan Philip yang merupakan
saudara kembar Oscar selalu menakuti
Agnes dengan menceritakan cerita horor tentang kebun sekolah. Setiba di depan kebun Agnes
ketakutan, konon katannya di kebun itu terkenal horor karena kabar tersiar dari
dalam kebun tersebut terdengar lolongan serigala. “Aduh, aku takut” kata agnes sambil memegang pundak Oscar.
“Jangan takut kita akan baik- baik saja” jawab Oscar.
“Ha…..ha
iya benar tidak usah takut, bagaimana kalau yang kita suruh masuk si gila Ly saja” usul Philip. “Baiklah kalau begitu biar aku saja sama Ly yang
memetik buah di dalam kebun, kalian semua penakut. Ayo Ly!” sahut Missa. Akhirnya Missa dan Vely memutuskan untuk
masuk kedalam kebun.
Hari semakin sore dan
sang surya ingin menyembunyikan dirinya. Tetapi
mereka berdua keasyikkan memetik buah hingga lupa waktu. Tiba
- tiba dari kejauhan
terdengar suara lolongan anjing. Awalnya lolongan tersebut terdengar samar -
samar tapi lama kelamaan lolongan tersebut terdengar sangat jelas dan seperti
hewan buas yang sedang mencari mangsa. Missa lama kelamaan merasa ketakutan
hingga bulu romanya berdiri dan akhirnya memanggil Velly untuk mengambil
keranjang yang berisi buah dan cepat- cepat lari bersama – sama. Akan tetapi
pada saat lari Vely terjatuh dan tertinggal di Kebun.Sementara
itu di depan kebun, Oscar, Agnes dan Philip melihat Missa
yang lari ketakutan keluar dari kebun sambil berteriak – teriak “Ada serigala,
ayo lari”. Dan mereka berempat akhirnya lari pergi dari kebun tanpa ingat bahwa
Vely masih di dalam kebun.
Keesokan harinya pada saat festival musim semi semua
warga sekolah merayakan pesta buah. Banyak sekali terdapat basar yang
menjual aneka buah, jus dan makanan serta permainan seperti lomba makan jagung, memasak, lempar tomat, dan lain –
lain. Akan tetapi dari hiruk pikuk kemeriahan yang terjadi Oscar, Agnes, Philip dan missa masih
ketakutan karena Vely belum masuk sekolah karena kejadian kemarin. Bu Ririn selaku guru bahasa mandarin
sekaligus wali kelas mereka mengecek muridnya apakah sudah siap untuk memeriahkan
pesta buah. Saat melihat Oscar, Agnes, Philip dan Missa yang tampak bingung, Bu Ririn akhirnya mendekati mereka dan menanyakan
mengapa mereka kebingungan. Agnes yang tidak tahan untuk memendam kejadian
kemarin akhirnya berkata “Bu, Vely belum masuk sekolah. Kemarin saat
kami memetik buah di kebun Vely kami tinggal di dalam kebun karena kami berempat
ketakutan. Maafkan kami, Bu”. Jawab Bu Ririn “Omong apa sih kalian, itu Velly ada di stan buah sambil sedang menunggu
pembeli.” Ya sudah Ibu mau mengecek teman kalian yang lainnya.”
Missa menghampiri Vely dan bertanya “ Ly kamu tidak
apa – apa ,Apakah kamu terluka ? Maaf ya kami berempat telah meninggalkanmu di
dalam hutan”. Jawab Ly sambil tersenyum “ Aku tidak apa – apa kok hanya jatuh
dan tersedak. Ternyata suara lolongan tersebut hanya anak anjing yang tersesat
dan sekarang kupelihara dirumah. Aku sudah memaafkan kalian kok tenang saja,
kita kan teman.” Sahut Philip “Iya benar, sekarang kita berlima adalah teman.” “Langit
cerah, awan biru, burung berkicau, bunga menari, namun angin tidak akan dapat
merasakan apapun” gambaran
itu selalu terpikirkan oleh Ly sambil tersenyum ia memandangi teman- temannya yang sedang
bergembira.
Pada
saat malam menjelang Halloween dirumah Ly. “Ly, kamu tidak apa – apa kan Ly kamu
kenapa ?” tanya Ibu Ly.
Ly tak bisa berkata apa – apa, ia hanya dapat batuk yang di ikuti muntahan
darah yang keluar dari mulutnya. Keesokan
harinya Ly sudah mulai pulih dan cepat – cepat ingin kesekolah karena di
sekolah Ly ingin bertemu dengan teman – temannya dan membicarakan perayaaan
Hallowen yang sebentar lagi akan tiba.
Pelajaran mandarin
dimulai dan Bu Ririn memberikan beberapa soal untuk diartikan ke bahasa
Mandarin. Semua siswa dengan cepatnya mulai mengerjakan soal dengan menggunakan
segala cara ada yang kemarin belajar ada pula yang hanya mengandalkan kertas
contekan. Dari semua siswa yang sibuk dengan soalnya Vely hanya tersenyum
sambil mengeluarkan air mata dan melihat soal nomor lima yang berbunyi
“Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi HAM.” Menurut Vely apakah itu
benar menurutnya negaranya sendiri mempunyai sebuah tikus besar yang dilindungi
dan memakan negara Indonesia itu sendiri. Melihat Vely yang kelihatan aneh Bu
Ririn mendekati vely dan memberi nasehat “No Victory without Sacrifice.”Akan
tetapi vely hanya tersenyum sambil memandang Bu Ririn.
Saat jam Istirahat di
kantin, Vely sedang asyik berbicara dengan Agnes tentang bagaimana persiapan
trick or treat nanti malam. Ia membayangkan memakai baju pocong hantu dari
negaranya sendiri serta mengungkapkan
bahwa sebenarnya Ly menyukai Agnes. Akan tetapi sebelum Agnes menjawab
pertanyaan Ly tiba – tiba dari kejauhan tampak Philip datang dan menyampaikan
kabar bahwa Oscar kecelakan dan sekarang
berada di rumah sakit celtic. “Ayo cepet ! Kita jenguk Oscar dan Ly, tolong
hubungi Missa untuk segera menyusul ke rumah sakit celtic” kata Agnes dengan
cemas. Akhirnya mereka segera pergi meninggalkan sekolah untuk menjenguk Oscar.
Setiba di dalam rumah
sakit mereka berempat segera menanyakan
ruangan Oscar dirawat kepada suster. Kata suster tempat ruangan Oscar dirawat
terletak pada kamar nomor 21. Mereka berlari menyusuri sepanjang koridor rumah
sakit dengan perasaan khawatir. Setelah beberapa menit kemudian Missa melihat
Oscar yang sedang tidur terbaring di tempat tidur. “Hai teman – teman Oscar
disini !.”
Saat di kamar pasien
Ly dan Agnes menemui Oscar yang sedang siuman. “Os kamu tidak apa – apa kan?”
tanya Agnes sambil menggenggam tangan Oscar. Kata Oscar “ Aku baik – baik saja, tadi waktu mengendarai sepeda motor
menuju sekolah tanganku kram dan tergelincir. Dan pada saat aku tertidur dalam
mimpi aku memikirkan dirimu. Agnes maukah kamu jadi pacarku?” Sebelum menjawab “iya” Agnes memandang Vely
yang mengangguk sambil tersenyum kepadanya. Akhirnya Agnes dan Oscar berpelukan
disusul Vely yang keluar dari ruangan sambil tersenyum meneteskan air mata dan
berpikir “Mengapa beberapa kabel data dapat membuat kepastian dalam menjalankan
sebuah program, tetapi hatiku tidak dapat memastikan perasaanmu”.
Malam Halloween telah
tiba, Vely dan Missa sedang asyik mencari permen dari rumah warga. Hal ini
merupakan pengalaman pertama bagi Vely karena di negaranya tidak ada pesta
seperti ini. Sambil tersenyum “Missa di negaraku tidak ada pesta seperti ini.
Pertama kali aku merasakan hal yang semanis ini”. Kata Missa “ Tahun depan kita
seperti ini lagi, minta permen ke tetangga atau mengerjainnya.” Saat asyik
berbicara tiba – tiba dada Vely serasa
terhentak dan sakit. Dan Vely segera lari pulang “Missa aku pulang dulu ya?”.
Kenapa kamu cepat – cepat pulang ?”
Malam harinya Vely
batuk darah dan semakin lebih parah. Ibunya ketakutan dan akhirnya memanggil
ambulan. Saat di periksa dokter dengan alat X – Ray ternyata di dalam paru –
paru Vely terdapat biji pohon pinus yang
berkecambah didalamnya dan di perkirakan sisa hidupnya tinggal enam bulan lagi.
Dokter menyarankan agar Vely segera di operasi agar nyawanya tertolong. Akan
tetapi karena himpitan perekonomian, serta Ayah Vely terkena tuduhan telah
meracuni rekan kerja keluarganya, mengakibatkan Ibu Vely menunda proses operasi
dan memutuskan membeli obat penghilang rasa. “Bu, aku sayang Ibu ?”. Bu Ana
yang merupakan Ibu Vely hanya bisa menangis ketika dipeluk oleh buah hatinya.
“Bu kenapa menangis? Vely sudah tahu kalau umur Vely tinggal sedikit, saat Vely
jatuh di kebun Vely tidak sengaja tersedak biji pinus. Vely dapat menerimanya
Bu,” Vely tersenyum.
Saat puncak wisuda Vely
terlihat pucat sambil ditemani Ibunya. Teman – temannya datang menghampiri
Vely. “ Vely tahun depan kita akan bersenang – senang kembali.” celetuk Missa
dan Philip. “Terimakasih ya Vely karena kamu, aku bisa bersama Oscar.” kata
Agnes. Vely hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala. Dalam benak Vely ia
tidak ingin temannya sampai cemas karena tahu kalau ia sakit parah.
Mengingat kenangan
itu semua Vely menjadi menangis dan masuk kedalam kamar. Ia menyalakan komputer
dan membuka situs jejaring sosial. Ia melihat status teman – temannya yang
sedang mengikuti perayaan misa paskah. Ia mengingat masa – masa bersama dengan
teman, merasakan jatuh cinta, persahabatan, dan kasih sayang. Kemudian ia
menuliskan sebuah puisi di dinding beranda. Yang bertuliskan :
LONELY
Tuhan apakah salah bila ku hidup
Tuhan apakah salah bila ku bernafas
Tuhan apakah salah bila ku hirup
udaramu
Kuyakin
Tuhan tak salahkanku
Kuyakin
Tuhan bri ku harapan
Kuyakin
Tuhan bri ku talenta
Sepi sunyi sendiri
Suram tertahan luka
Sedih tangis perih
Bukan salah Tuhan ku
begini
Begini merupakan
kehendak – MU
Bahwa semua itu punya
makna
Yang tersembunyi
Tiba – tiba Bu Ririn
muncul lewat situs jejaring sosial. Saat itu pula Vely memberikan jawabannya “No
Victory without Sacrifice seperti lilin yang mempunyai tugas untuk memberikan
penerangan tanpa henti sampai ia meleleh
dan kita sebagai manusia harus bisa menolong orang lain tanpa pamrih
karena kita merupakan makhluk ciptaan Tuhan”. Akhirnya Vely memejamkan mata
sambil tersenyum dalam kesepian di malam Paskah.
Sepuluh tahun
kemudian, beberapa anak kecil sedang asyik bermain sepakbola. Dari kejahuan
tampak anak laki – laki berlari dengan pakaian compang – camping sambil
menangis dikarenakan ingin bermain sepakbola, akan tetapi anak lain tidak mau
menerimanya untuk ikut bermain sepakbola karena ia dianggap kumuh.
“Ibu, tadi waktu aku main sama anak – anak. Tiba –
tiba datang anak kumuh yang ingin main bareng, tapi langsung saya usir sebab
baunya tidak enak” Kata anak. “Tidak boleh seperti itu, Kita harus baik
terhadap siapapun juga walaupun ia berbeda dengan kita. Bayangkan nanti kalau
kita juga seperti mereka yang tidak diterima oleh kebanyakan masyarakat” Kata
Ibu Agnes. “Iya Ibu benar. Bu aku merasa bersalah, tapi tadi saat anak tadi
nangis ada kakak laki – laki datang sambil tersenyum memberi permen dan mengajak
ia bermain bola. Kalau tidak salah dengar kakak laki – laki tadi bernama
Glavely”. Mendengar kata – kata dari sang anaknya tadi Ibu Agnes hanya
tersenyum sambil menggendong anaknya untuk pulang kerumah bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar anda disini. Tuhan Yesus memberkati. GBU